Dewi yang lahir pada tanggal 16 Juni 1965, sudah melakukan kegiatan penerjemahan sejak dibangku kuliah. Awalnya dilakukan untuk membantu teman. Sewaktu masih kuliah di Paris, Dewi yang pernah mengambil bahasa dan kebudayaan perancis di Sorbonne dan di Universite de Paris II, pernah tergabung dalam PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) dan sering membantu melakukan terjemahan untuk sesama teman.
Kemudian ketika kuliah di FEUI Dewi tetap aktif dalam berbagai kegiatan di kampus yang sering melibatkannya menggunakan bahasa asing terutama bahasa Inggris. Salah satunya adalah sebagai pengurus dalam kegiatan AIESEC (Association International des Etudiants en Science Economiques at Commercials) atau Persatuan Internasional Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis, dimana Dewi terlibat dalam merancang program-program AIESEC cabang Indonesia yang harus diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Berdasarkan pengalaman tersebut, Dewi bersama tiga temannya pernah mewakili Universitas Indonesia untuk berpartisipasi dalam ASEAN Varsities’ Debat II di Kuala Lumpur, Malaysia.
Berbagai pengalaman dalam berinteraksi dengan orang asing menambah wawasan dewi dalam melakukan penerjemahan. Hingga saat ini, sebagai freelancer Dewi telah melakukan berbagai macam bentuk terjemahan dari brosur, panduan wisata, dokumen dan artikel.
Ketertarikan Dewi pada bahasa asing dan kegiatan penerjemahan dilatarbelakangi oleh kehidupannya sebagai anak keluarga diplomat yang pernah tinggal di beberapa negara. Seringkali Dewi yang masih remaja disertakan dalam kegiatan mempromosikan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Hal ini mendorongnya untuk bisa memberi keterangan mengenai kebudayaan Indonesia dalam bahasa asing.
Lulus dari FEUI jurusan Studi Pembangunan dengan konsentrasi Ekonomi Perencanaan, Dewi bekerja di Bappenas dan juga sebagai researcher pada URDI (Urban Regional Development Institute). Dalam pekerjaannya seringkali Dewi harus menerjemahkan rencana program dari suatu proyek maupun hasil penelitian ilmiah ke dalam bahasa Inggris.
Beberapa tahun setelah menikah Dewi harus meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti tugas suami yang seorang diplomat. Namun Dewi tetap aktif meningkatkan wawasan dan pengalamannya, seperti mengikuti English Language Program for Members of the Diplomatic Community di Australia National University, Diploma in Learning Disorders Management and Child Psychology di Linguistic Council, menjadi member of Women’s International Club di Canberra, United Nation Hospitality Committee di New York, member of Women’s Guild of United Nation New York. Selain itu untuk memperdalam ilmunya dalam bidang penrjemahan Dewi juga mengambil program terjemahan Indonesia-Inggris pada fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Pada saat ini sebagai isteri dari seorang diplomat senior, selain menjadi pengurus pada Dharma Wanita Persatuan Direktorat Asia Afrika dan Pasifik di Kemlu, Dewi juga aktif sebagai country representative pada Asean Women’s Circle of Jakarta (AWC) yang berkantor di gedung Sekretariat ASEAN. Selain itu Dewi sering kali menjadi MC pada acara-acara resmi AWC yang kerapkali dihadiri oleh Sekretaris Jenderal ASEAN, para duta besar negara sahabat dan kalangan diplomat.
Dengan segala aktifitas tersebut serta sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak, Dewi tetap meluangkan waktunya untuk melakukan kegiatan penerjemahan. Dengan motto “Proses belajar dapat dilakukan dimanapun dan dalam bentuk apapun”. Bagi Dewi proses penerjemahan merupakan salah satu bentuk proses belajar. Kita belajar memahami isi tulisan yang hendak diterjemahkan, belajar mencari kata-kata dan kalimat yang tepat sehingga pesan dan maksud dari penulis dapat tersampaikan dengan baik. Bila ingin mengenal lebih baik, Dewi Suryodipuro dapat dihubungi melalui dewiratnasuryo@yahoo.com.
Tinggalkan Balasan