Ada satu ucapan yang terkenal dari bapak pendiri Amerika Serikat, Benjamin Franklin, “By failing to prepare, you are preparing to fail”.
Persiapan adalah langkah mahapenting yang sering dilewatkan seseorang. Terkadang, entah karena rutinitas, jam terbang tinggi, atau kelewat percaya diri, orang menganggap segala sesuatu akan berjalan sebagaimana biasanya atau sesuai perkiraannya. Padahal tidak melulu begitu.
Orang-orang besar melakukan persiapan. Itulah yang membuat mereka besar, termasuk para orator andal atau public speaker yang akan kita bicarakan berikut ini. Mari belajar dari mereka.
Demosthenes
Demosthenes adalah seorang ahli public speaking yang hidup pada abad keempat sebelum Masehi. Dia adalah salah satu dari orator-orator legendaris Yunani. Salah satu orasinya yang paling terkenal adalah ketika Demosthenes menjadi oposisi bagi Raja Phillip II dari Macedonia.
Sebagai orator, Demosthenes dikenal amat berdedikasi terhadap latihan dan persiapan. Demosthenes memiliki hambatan dalam berbicara dan sering diejek karenanya, namun kekurangannya ini tak menghalanginya meraih impian menjadi orator besar.
Untuk mengasah kefasihannya berbicara, dia berlatih sambil mengulum batu-batu kerikil dalam mulutnya. Dia bicara di tepi pantai dalam cuaca badai. Dia mengulang-ulang kalimatnya sambil berlari untuk melatih pernapasannya.
Yang lebih ekstrem, Demosthenes akan menyendiri di dalam gua bawah tanah untuk melatih orasinya selama dua atau tiga bulan. Dia juga akan menggantung sebilah pedang untuk melatih posturnya. Jika bahunya sudah menyentuh ujung pedang, itu tandanya tubuhnya kelewat tegap, sehingga dia akan merendahkannya sedikit.
Lalu, apakah kita mesti berlatih seperti Demosthenes untuk menjadi ahli public speaking sekelas beliau? Tentu tidak. Ada beberapa alternatif yang bisa Anda lakukan untuk meneladani orator andal ini:
- Tulis, sunting, tulis ulang bahan presentasi atau pidato.
Jika diperlukan, lakukan empat hingga lima kali atau sampai Anda menemukan naskah menjadi lebih ringkas, tajam, dan hanya berisi pokok-pokok masalah yang esensial saja.
- Merekam latihan lewat video.
Dengan begitu, kita bisa melihat sendiri dan mengevaluasi bagaimana “rasa” pesan kata-kata, kecepatan bicara, tinggi-rendahnya intonasi, volume, ekspresi, gestur, dan sebagainya.
- Merekam suara untuk menyimak ketepatan artikulasi atau kelancaran verbal.
- Berlatih dihadapan teman, saudara, atau orang-orang yang dipercaya agar dapat meminta masukan yang jujur pula dari mereka.
- Berolahraga untuk melatih postur dan pernapasan.
Jenis olahraganya bisa apa saja, selama mampu meningkatkan denyut jantung dan memompa adrenalin atau kondisi serupa yang akan tubuh Anda rasakan saat mulai bicara di depan orang banyak.
Nelson Mandela
Pemimpin besar Afrika Selatan ini dikenal sangat piawai memilih kata-kata dalam kalimatnya. Bisa dibilang Mandela adalah seorang pengrajin kata-kata.
Mandela membangun pesannya dengan serius dan konsisten. Dia juga tahu siapa audiensnya, sehingga naskah yang dibuatnya mampu mereka pahami.
Mandela tidak pernah menganggap sepele pemilihan kata karena kata-kata dan bahasa baginya punya kekuatan amat besar. Mandela juga tak ragu menggunakan perangkat retorik, seperti metafora, anaphora, kiasan, dan pengulangan untuk memperkuat pesan-pesannya.
Mandela juga menganggap penting komunikasi nonverbal. Dia melatih postur tubuh dan ekspresi. Saat menyampaikan pidato, dia akan berdiri tegap, tidak berayun-ayun. Secara sadar pula, Mandela menggunakan otot-otot wajahnya untuk memberikan penekanan pada pidatonya di bagian-bagian yang dia perlukan. Gerakan matanya konon mampu menggerakkan hati audiensnya, meski tidak menyaksikannya secara langsung, hanya lewat televisi.
Barack Obama
Obama memperlakukan nyaris semua pidatonya sama pentingnya seperti ketika dia menyiapkan pidato pelantikannya sebagai Presiden Amerika Serikat. Bahkan, saat hampir dipastikan dia menang pemilihan presiden, dia pun ternyata telah menyiapkan pidato konsesi atau pengakuan kemenangan pihak lawan.
Obama punya kebiasaan dalam menyiapkan pidato: menumpahkan gagasan-gagasan awalnya pada kertas, sebelum mengetikkannya di laptop dan mengeditnya berulang-ulang. Setelah menjadi konsep, dia poles lagi menjadi prosa dan menunjukkan kepada orang-orangnya yang terpercaya untuk mengasahnya kembali.
Obama juga tak pilih-pilih tempat dalam membuat pidato. Yang penting bisa membuatnya nyaman menyendiri. Ketika masih menjadi senator, dia kerap menyepi di toilet pria di kantor senat atau kursi belakang mobil untuk membuat naskah.
Kemiripannya dengan Mandela adalah kepiawaiannya memilih dan mengolah kata. Obama senang membuat audiensnya merasa cerdas dan terdidik, sehingga dia cenderung memilih kata-kata yang sederhana dan dimengerti orang kebanyakan. Dia juga mahir menggunakan metafora untuk menguatkan pesannya.
Obama juga dikenal amat menjaga kesopanan dan harga diri dirinya, bangsanya, maupun orang lain lewat isi pidatonya. Ini menyebabkan lawannya sekalipun mau menyimak apa yang dia sampaikan.
Soekarno
Sebelum membuat naskah pidato 17 Agustus, Presiden Soekarno akan mengumpukan masukan dari banyak sumber: orang, buku, majalah, berita-berita, juga laporan-laporam dari luar negeri. Soekarno menandai bagian-bagian penting dari sumber yang menjadi bahannya.
Ingin mengadakan training presentasi online dan tatap muka buat perusahaan/organisasi Anda?
Hubungi tim Presenta Edu di 0811-1880-84 (Putri) untuk kebutuhan training terbaik.
Presenta Edu juga siap memberikan training online terbaik buat perusahaan Anda di masa new normal ini.
Sebelum tidur atau saat ngopi di pagi hari, beliau mempelajari dan membacanya satu demi satu, sebelum membuat poin-poin yang akan disampaikan dalam naskah pidatonya. Barulah setelah itu dia akan membubuhkan judul yang tepat.
Soekarno tidak bekerja sendiri. Ada tim yang bekerja nyaris 24 jam sehari, terdiri atas liaison officer yang membawahi dua hingga tiga orang juru ketik cepat dari Sekretariat Negara. Tidak seorang pun yang boleh mengganggu saat proses pengetikan dimulai, kecuali tamu-tamu penting.
Soekarno memiliki ruang perpustakaan pribadi yang menyimpan buku-bukunya sejak 1919. Ada buku-buku politik, ekonomi, kebudayaan, filsafat, sosiologi, agama, dan sebagainya. Banyak isi pidatonya mengutip kalimat-kalimat dalam buku itu atau dipakai untuk sekedar menginspirasi, misalnya buku Declaration of Independence karya Thomas Jefferson atau buku karya Vivekananda.
Sebelum menjadi teks asli pidato kenegaraan yang diketik timnya, Soekarno menuliskan konsepnya di atas kertas folio dengan pulpen Parker model terbaru dan tinta Quink. Konsep itu kemudian diserahkan kepada juru ketik, namun akan tetap menjadi konsep sebelum Soekarno memeriksa kembali, dan menambahi atau mengurangi di sana-sini. Tapi bagi Soekarno, agaknya teks itu panduan belaka karena acapkali Soekarno bicara di luar naskah, jika gagasan baru muncul pada saat dirinya berpidato.
Mereka adalah para orator ulung yang mendunia. Anda juga bisa seperti mereka, jika rajin dan tekun berlatih.
Selain itu, Anda juga bisa mengasah kemampuan menyampaikan presentasi, lewat beberapa pelatihan, dengan para trainer yang sudah berpengalaman. Salah satunya, Anda bisa mengikuti training atau pelatihan Presentasi Memukau yang diadakan oleh Presenta Edu.
Download Buku “Presentasi Memukau”
Buku yang akan membantu Anda menguasai keterampilan penting dalam menyusun, mendesain dan membawakan presentasi dengan efektif dan memukau. GRATIS!
Kusnadinata says
Sangat menggugah…trims
Igniel says
Steve Jobs harus masuk nih
Ngeblog Bareng says
Nelson mandela dan soekarno is the best, panutankuu
Alfabetis says
Menginspirasi sekali ya